Rabu, Mac 30, 2005

Revolusi Diri, Revolusi Sosial

Negara indonesia adalah negara yang kaya raya dengan potensi alamnya yang bermacam-macam. Mulai dari A sampai Z, tersedia di alam Indonesia. Ironisnya tetap saja bangsa ini menjadi bangsa yang terjajah secara ekonomi, dan masyarakatnya tetap saja mayoritas adalah masyarakat yang bodoh.

Keadaan sosial di Indonesia sudah mendekati keadaan yang sangat parah tidak tertolong. Ditambah lagi kebijakan pemerintah yang selalu memberatkan semut-semut pekerja, sepertinya menambah sulit saja problema-problema hidup pada umumnya. Hanya sebagian kecil saja semut-semut yang beruntung yang dapat melepaskan diri dari tekanan-tekanan ekonomi dan sosial. Apalagi bencana-bencana alam yang sudah mulai berdatangan menambah lagi kerisauan dan ketakutan di kalangan masyarakat. Penyakit-penyakit yang muncul kembali menjadi wabah, tingkat kriminalitas yang meningkat, sepertinya memberikan nilai tambah terhadap tingkat kerusakan sistem sosial yang ada di negara ini.

Sistem sosial di negara ini adalah sistem sosial yang jika kita pertimbangkan dengan akal sehat adalah sistem yang terbaik dibandingkan dengan sistem-sistem yang ada di negara lain. Bayangkan saja tentang ide keadilan sosial yang merata untuk seluruh rakyat Indonesia, tentang kontrol negara atas sumber-sumber daya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Bukankah itu sistem yang sempurna? Sayangnya pada saat itu pendiri bangsa ini terlalu yakin dengan sistem yang mereka buat. Pada zaman itu mereka tidak memikirkan kelangsungan umur sistem ini dan terlena dengan kesempurnaan sistem tersebut. Mereka lupa bahwa selama masih ada di bawah langit, semuanya bersifat relatif. Tidak pernah ada yang dapat menjadi sempurna selama berada di bawah langit. Ide-ide yang mereka kemukakan adalah ide-ide yang luhur. Penuh dengan nilai-nilai positif yang membangun dan sepertinya pasti akan membawa pertumbuhan yang positif terhadap keadaan sosial masyarakat negara ini. Nyatanya apa yang disimulasikan di otak selalu tidak sesuai dengan kenyataan. Maklum, manusia memang belum dapat membuat simulasi tentang kehidupan sosial di suatu tempat pada situasi dan kondisi tertentu. Karena hal itu sangatlah kompleks di luar dari jangkauan daya pikir manusia pada umumnya. Hanya beberapa orang jenius saja, yang mungkin jumlahnya pun masih dapat dihitung dengan jari, dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada kondisi sosial seperti di negara ini.Akan tetapi kita sebagai rakyat tidak dapat menyalahkan pendahulu-pendahulu yang telah membuat kesalahan. Tentunya mengatur negara tidak akan semudah omong kosong belaka yang tidak pernah membentur suatu kenyataan. Hanya ide-ide yang tertampung dalam batas suatu individu tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang pelik yang menyangkut keterikatan hubungan antara satu dengan yang lain.

Lantas, adakah suatu solusi yang benar-benar jitu untuk menghapuskan kemiskinan? Mungkin ada, mungkin juga tidak. Akan tetapi usaha mereka dengan melakukan “try and error” terhadap suatu sistem negara kemungkinan dapat membawa bangsa ini kepada sistem yang lebih sesuai dengan keadaan sosial negara ini. Di sini ditekankan kata “sesuai” bukan “sempurna” mengingat ide tentang kesempurnaan sangatlah sulit untuk dicapai. Suatu solusi jitu bukanlah suatu impian. Jawaban-jawaban yang dapat diterima sebagai solusi jitu sebenarnya telah ada dan diturunkan dari generasi ke generasi. Akan tetapi kurangnya pembelajaran terhadap solusi-solusi jitu membawa kembali terulangnya sejarah yang dialami oleh nenek moyang. Kebijaksanaan – kebijaksanaan yang luhur telah dilupakan. Prinsip – prinsip moralitas yang mendasar telah ditinggalkan dan eforia terhadap keberhasilan dalam satu sisi menenggelamkan kegagalan-kegagalan dalam sisi yang lebih penting.

Sebenarnya suatu sistem sosial dapat dianalogikan dengan sistem komputer yang terbatas. Hanya saja sistem komputer memiliki tingkat kompleksitas yang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem sosial. Sistem komputer terbagi menjadi beberapa sub-sistem yang memiliki fungsi masing-masing. Setiap sub-sistem memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap suatu resource yang terbatas, dan resource-resource yang terbatas tersebut harus dapat dikelola dengan baik agar program-program yang berjalan di atas sistem dapat berkerja dengan lancar tanpa gangguan. Tetapi nyatanya di dalam tingkat kompleksitas yang lebih sederhana itu pun, sistem yang dibuat pun tidak dapat benar-benar handal menangani resource yang terbatas. Macam-macam jenis komponen yang beraneka ragam dan macam-macam program yang berjalan di atas sistem tersebut mengakibatkan banyaknya kondisi-kondisi khusus yang harus ditangani. Di tambah lagi program-program yang merusak sistem seperti virus, worm, dan trojan menambah kesulitan di dalam membuat sistem yang benar-benar handal. Begitu pun di dalam sistem sosial. Virus-virus sosial yang beredar di dalam sistem dengan mudah berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Bahkan virus – virus sosial lebih hebat dibandingkan dengan virus – virus komputer karena mampu berevolusi mengikuti perubahan-perubahan sistem dan mewariskan hasil evolusi tersebut kepada generasi berikutnya. Melihat hal tersebut mungkin tidak ada lagi jalan untuk membenahi sistem sosial yang ada, tetapi dengan melihat analogi sistem komputer, ada suatu solusi yang berkerja dengan baik apabila mengalami kebuntuan jalan untuk menghapuskan virus-virus sosial, yaitu “format and install new system”. Metode ini telah dijalankan berkali-kali di mana pun juga ketika terjadi kebuntuan. Hasilnya pun dapat dikatakan cukup berhasil sampai dengan periode tertentu timbul lagi virus-virus sosial yang baru dengan kemampuan yang lebih hebat dari generasi sebelumnya. Memang siklus seperti ini selalu berulang. Lahir suatu sistem baru, kemudian timbul virus – virus baru, buat sub-sistem penanggulangan virus, virus bertambah banyak, sub-sistem gagal dengan fungsinya, sistem utama rusak, hapuskan sistem utama, kembali lagi ke fase awal. Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosial di negara ini, sepertinya metode di atas tidak dapat dihindarkan lagi. Suatu saat, akan muncul gaya-gaya normal yang melawan tekanan-tekanan sosial kemudian menghancurkan sistem sosial dan virus-virusnya. Siklus berulang lagi, sampai pada kebuntuan terjadi lagi dan seterusnya.

Metode di atas adalah pembuangan waktu, namun pada kalanya suatu sistem apa pun juga akan mengalami kehancuran dan digantikan dengan sistem yang baru. Karena itu pembentukan sistem yang lebih baik yang dapat bertahan lama, dapat mengurangi pembuangan waktu yang berlebihan. Untuk menjaga suatu sistem berjalan lama, perlu dibuatkan sub-sistem yang melindungi sistem tersebut. Sub-sistem tersebut hendaklah suatu sub-sistem yang juga dapat berevolusi dengan sendirinya seperti virus-virus sosial. Sehingga selama sub-sistem tersebut dapat mengikuti perkembangan virus-virus sosial yang ada, maka umur sistem utama akan bertambah panjang. Virus-virus sosial memang agak sulit untuk dideskripsikan karena begitu banyak varian-nya yang telah beredar. Tetapi dapat ditelusuri bahwa virus sosial timbul akibat sifat toleransi masyarakat terhadap hal-hal kecil yang tidak mengindahkan nilai-nilai luhur. Sebagai contoh adalah nilai yang memaklumi keserakahan. Keserakahan adalah hal sepele yang selalu saja dimaklumi oleh masyarakat sampai suatu saat adalah suatu trend yang diminati oleh masyarakat mana pun juga. Ketika menjadi trend bahwa keserakahan bukanlah kejahatan, maka dapat disimpulkan bahwa virus sosial telah tersebar dengan sangat baik dan merata. Di mana-mana masyarakat akan meng-agungkan keserakahan sebagai suatu pencapaian yang mulia. Akan tetapi perlombaan tersebut hanya akan membawa dampak ketidakseimbangan pada suatu sistem karena suatu sistem hanya memiliki sedikit resource yang terbatas. Resource tersebut akan bergeser dari satu sub-sistem kepada sub-sistem yang lebih serakah. Selanjutnya hukum 80/20 akan terbentuk kembali di mana 20% virus sosial akan menguasai 80% resource yang ada. Dan 80% non-virus akan memperebutkan 20% resource. Kekurangan akan terbentuk di 80% wilayah sistem, dan tinggal menunggu bom waktu meledak, maka sistem akan rusak. Memang hukum 80/20 tidak pernah dapat dihindari. Akan tetapi apabila 20% bagian tersebut tidak menjadi virus sosial, maka pengembalian resource kepada 80% lainnya akan membawa dampak pemerataan kesejahteraan. Mungkin tidak benar-benar merata, akan tetapi hukum 80/20 akan bergeser menjadi 60/40 bukannya menjadi 90/10 yang saat sekarang ini terjadi dan sedang menuju hukum 99/1. Karena itu revolusi memang sangat perlu dilakukan untuk menggeser kembali perbandingan 90/10 menuju 65/45. Pastinya akan sangat menyakitkan bagi 10% wilayah sistem ketika dipaksa oleh 90% wilayah sistem untuk mengembalikan 90% resource yang mereka kuasai. Akan tetapi menurut akal sehat akan lebih mudah, merombak 10% wilayah sistem demi 90% wilayah sistem yang telah dirusaknya. Ketimbang memperbaiki 90% wilayah sistem yang telah rusak.Tentunya akan lebih baik lagi apabila dapat dibuat kesepakatan ulang antara 90% wilayah sistem dan 10% wilayah sistem yang kembali menyeimbangkan penggunaan resource sistem dan dibentuk suatu sub-sistem yang menjaga keseimbangan tersebut.

Di samping itu masih banyak lagi bentuk virus sosial yang beredar. Mengenai cara penanggulangan nya adalah relatif terhadap situasi dan kondisi tertentu. Setidaknya prinsip dasar yang harus dipahami adalah menjaga keseimbangan, baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan diri sendiri. Sebagai prioritas yang paling penting adalah menjaga keseimbangan diri sendiri yang berdampak terhadap keseimbangan sosial dan kemudian berdampak lagi terhadap keseimbangan alam. Manusia moderen tentunya akan mengerti tentang prinsip di mana diri nya memberikan pengaruh kepada masyarakat walau pun kecil. Sehingga dengan sadar menjaga dirinya dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan ketidakseimbangan dirinya.Karena itu sudah tentu revolusi diri sangat penting untuk mencegah terjadinya revolusi sosial. Sehingga setiap tindakan dari berbagai individu tidak akan terlalu mempengaruhi keseimbangan sosial. Setidaknya dunia akan lebih baik jika dihuni oleh orang-orang bijak. Orang-orang yang selalu waspada terhadap dampak perbuatannya. “Barang siapa menanam padi, maka akan menuai beras. Barang siapa menanam mawar, maka akan menuai duri.” Tetapi lucunya kadangkala terjadi “Barang siapa menanam padi maka akan menuai batang padi, orang lain mencuri berasnya. Barang siapa menanam mawar, maka menuai bunga, orang lain durinya.”

Isnin, Mac 14, 2005

Kisah Aki Zaki dan Udin

Suatu malam sekitar pukul 1 pagi dini hari. Aki Zaki sedang asyik nongkrong di warung dekat rumahnya sambil menikmati satu batang filter plus kopi ABC susu. Aki Zaki adalah orang yang lugu, miskin dan sepanjang hidupnya hanya mempunyai satu masalah yang krusial, masalah ekonomi. Sebenarnya umur Aki Zaki tidak terlalu tua, panggilan “Aki” sudah dimakluminya sejak umur kira-kira 18 tahun karena perawakan badannya yang kurus, tinggi dan agak bungkuk. Umur sebenarnya kira-kira hanya empat puluhan. Tapi sebenarnya tidak ada yang tahu persis umur Aki Zaki sesungguhnya. Soalnya orang tuanya adalah orang kampung yang sangat ngampung sampai-sampai kelahiran anaknya hanya diukur dengan patokan pohon mangga di depan rumah.

Ada satu perubahan sejak bulan kemarin pada diri Aki Zaki. Kerut-kerut di pipi aki Zaki belakangan ini terlihat bertambah. Maklum keputusan pemerintah menaikan harga BBM, rupanya memiliki dampak yang cepat dia rasakan sekarang ini. Dia kesal sekali dengan keputusan tersebut.

“harga BBM langsung naek, tapi kok sekolah kagak langsung gratis. Udeh gitu kalo gue ke puskesmas juga belum gratis. Pan gue sakit juga jarang-jarang” pikirnya.

“Bego kali ya pemerintah? Gue itung-itung ongkos gue yang tadinye cukup 5000 sehari, sekarang naek jadi 7000 rupiah sehari. 2000 gue kali 25, jadi 50000 dong naeknya sebulan. Trus, anak gue yang paling kecil masih aja tuh bayar sekolah. Sayuran juga naek, beras naek, eh, katanya listrik mau naek lagi. Waduh bisa berabe gue. Ah , bo’ong aje tuh iklan-iklan di tipi. Ngepet. Biar kagak sekolahan gini, gue juga tahu kalo dibo’ongin” Pikirnya lagi.

“Setress! Setress!…” Aki berteriak sendirian.

“Ada apa Ki?” tanya Nur si tukang warung.

“kagak napa nur. Gue cume puyeng aja gimane tetep bisa ngidupin keluarga gue”

kemudian samar-samar dari jauh, terlihat bayangan anak muda sedang berjalan ke arahnya.

“Siapa ye, pagi buta gini baru balik. Tapi gue liat mirip banget ama anak gue Udin.” Pikirnya.

Anak muda tersebut makin dekat dan benar itu si udin anak Aki yang ke empat.

“Eh, udin, ngapain aja lo jam segini baru balik? Dasar anak kagak tauk diri!”

“Abis demo soal ‘ambalat’ Be. Anak babe ini kan nasionalis kaya almarhum Bung Karno.”

“Alaah elo ngeluyur terus, mendingan lo cari obyekan buat biaya sekolah adek-adek loe. Emang lo tauk apa yang elo demoin?”

“Tauk dong Be, udin kan udeh pinter be. Yang namenye ada orang ngerebut pekarangan kite, mesti kite tampol Be.”

“Tompal - tampol , tompal – tampol. Sok jagoan lo.”

“Yeeee Babe, yang namenye prinsip dan kedaulatan harus kita jaga be. Masa kite diem aja.”

“Iye , babe ngerti. Kalo rumah babe diambil orang, babe juga belain mati-matian.”

“Nah gitu dong be, kite harus nasionalis.”

“Kalo masih jamannya Bung Karno, babe mau deh nasionalis. Tapi hari gini loe masih nasionalis? Katanya loe anak sekolahan?”

“Ah babe, kagak ngerti jiwa muda. Jiwa membela bangsa. Jiwa yang tulus.”

“Lah elo lagak-lagaknya ngajarin gue, emang gue gak pernah mude ape.”

“Iye , iye be. Tapi gini be, menurut informasi yang aye denger, perairan ambalat itu mengandung cadangan minyak yang bisa nyukupin kite 30 taon ke depan. Makanya demi kesejahteraan bangsa ini, kite kudu jagain tuh perairan ambalat.”

“Walah , gue mah gak peduli 30 taon kek, 20 taon kek. Loe liat kan harga BBM tetep aja naek. Yang penting buet gue nih. Elo, adek-adek loe dan emak loe bisa makan. Kalo kate kakek loe dulu, yang penting dapur bisa ngebul tiap ari. Kalo pemerintah janji bakal nurunin harga BBM buat kesejahteraan kite, gue mah setuju aje elo ikut demo, toh babe loe kagak jadi puyeng kayak gini. Tapi din, loe liat aje ntar kalo menang, ape pemerintah bakal mikirin kite-kite yang miskin ini?”

“Iye juga be. tapi katanye keputusan pemerinte kan buat 10 sampe 30 taon ke depan, mana mungkin bisa dirasain sekarang-sekarang.”

Suasana hening sebentar.

“Coba din, gue punya atu pertanyaan.”

“apa be?”

“presiden dipilih tiap berape taon din?”

“lima taon be.”

“trus berarti dalam 30 taon ke depan barapa kali ganti presiden?”

“5 ampe 6 kali be.”

“Trus, sape yang jamin 30 taon ke depan kite bakal sejahtera?”

“Babe kali, hehehe” si udin ketawa ngakak.

“Sialan loe , makin kurang ajar aje jadi anak. Gue kepret lo.” , aki mengangkat tangan kanan nya.

“Be, emang yang namanya ke depan tuh kagak pernah ada jaminannya.”

“nah, lo tauk tuh.”

“Cume, siapa tauk aje, bisa bener-bener terjadi be.”

“Suseh din, suseh, dari dulu, kalo udeh ganti presiden, gantik kebijakan, ganti oli, ganti rugi, ganti macem-macem deh din, termasuk ganti harga, sukur-sukur kalo turun, kalo naek, kapan turunnya din?”

“Yah, tungguin aje 30 taon lagi.”

“Bego lo! 30 taon lagi gue dah jadi tanah kali din. Kan dah gue bilang , buat gue mah nyang penting elo pada cukup makan, bisa sekola, kagak sakit-sakitan.”

“Ya udeh, kalo ga mau nunggu 30 taon lagi, jadi tanah aja sekarang hehehe.” Si udin becanda lagi.

“Sialan lo, malah nyumpahin gue. Udah sono pulang, emak lo dah nungguin tuh.”

“Suseh kalo ngomong ama babe. Kagak pernah tauk nyang namanya prinsip.” Langsung pulang ke rumah.

Sabtu, Mac 12, 2005

Samsul

Di suatu malam yang dingin, hanya ditemani oleh detak jam yang bergema tiap detik. Samsul terlihat sangat pusing sekali. Maklum dia menikah terlalu dini, dan telah mempunyai seorang anak yang musti disuapi tiap hari. Akan tetapi sebenarnya masalah yang dipikirkan bukanlah mengenai istri atau anaknya. Melainkan nomor 2 digit yang akan keluar esok hari.

Samsul sebenarnya cukup beruntung di waktu dia masih memiliki pekerjaan sebagai satpam dengan gaji 1 juta rupiah per bulan. Walau kadang-kadang tidak cukup, tapi dia masih bisa survive menghadapi kejamnya gilasan roda nasib. Akan tetapi pergerakan roda nasib agak terdorong sedikit oleh gaya-gaya yang tidak menguntungkan. Karena suatu kasus, akhirnya dia dipecat dengan tidak hormat dan harus menganggur untuk beberapa bulan. Waktu berlalu cukup cepat, jalan Tuhan akhirnya menghampiri Samsul. Dia diterima di sebuah perusahaan sebagai Satpam dengan gaji yang tidak menguntungkan seperti dulu. Dia hanya mendapatkan sekitar 400 ribu per bulan. Tapi apa boleh buat pikirnya, nasib telah memaksanya untuk tetap bertahan.

Samsul adalah teman kecil saya. Ketika kecil kami sering bermain bersama, mulai dari bermain di sampah kertas sampai dengan duduk-duduk di atas pohon rambutan melakukan obrolan anak kecil yang tidak pernah tahu tentang kenyataan. Sebagai teman, dia cukup baik. Tidak banyak hal yang kami ributkan. Tapi suatu saat kami berdua pernah membuat kasus besar. Kala itu kami membakar sampah kertas sisa industri tempat kami bermain, alhasil apinya menjadi sangat besar dan tidak sempat lagi untuk dimatikan. Api berkobar sangat besar, sungguh menakutkan dan kami berdua hanya bisa bersembunyi di balik rumah mes tempat ayahku dan ayah samsul berkerja. Sebagai anak-anak kecil yang bodoh, kami tidak berani bilang kepada siapa pun yang berada di pabrik tersebut. Kami hanya berani bilang kepada ibu Samsul sambil menunjukan karya kami yang dashyat itu. Untung saja ibu samsul cepat tanggap dan memberi tahu orang-orang sekitar tentang karya kami yang hampir saja memusnahkan industri di mana ayahku dan ayah samsul bergantung. Orang-orang dewasa yang ketika itu sedang berkerja, cepat-cepat menunda pekerjaannya dan kemudian mematikan api dengan gotong royong. Keberuntungan masih berpihak kepada kami. Api dapat dimatikan, aku dan samsul tidak perlu masuk penjara anak-anak karena ulah kami.

Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, akhirnya aku dapat berbincang-bincang lagi dengan dia. Kala itu secara tidak sengaja, setelah menyaksikan pertandingan Barca - Chelsea, aku tidak bisa tidur lagi. Aku putuskan saja untuk ikut ayahku ke tempat dia berkerja. Sungguh hal yang tidak direncanakan dan berjalan secara kebetulan aku harus bertemu Samsul yang dewasa. Di mulailah obrolan kami dengan nostalgia masa kecil. Kisah-kisah petualangan kami ketika anak-anak dan kebodohan-kebodohan kami seperti kebakaran, sekarang hanya menjadi bahan untuk tertawa. Berlanjut terus obrolan kami hingga akhirnya sampai kepada masalah togel. Sebagai anak-anak yang tumbuh bersama, kami memiliki ketertarikan yang sama. Kami tertarik dengan hal-hal yang bertema keberuntungan dan peluang. Karena itulah togel akhirnya menjadi tema obrolan sepanjang hari kami. Samsul mulai menceritakan tentang kehidupannya yang berubah sejak diberhentikan dari pekerjaan nya yang dahulu. Dan dia juga menceritakan bagaimana togel dapat menolong dirinya untuk tetap survive di dalam menahan gilasan roda kehidupan. Mungkin Tuhan juga mengerti kebutuhan samsul. Sehingga dia berikan suatu jalan sementara sebelum sampai pada jalan yang lebih baik. Saya pun juga sependapat dengan samsul jalan baik atau buruk, tetap jalan yang diberikan Tuhan. Selama terpaksa, jalan apapun musti ditempuh sampai akhirnya bertemu jalan yang lebih baik.

Togel pada intinya bukanlah hal yang murni judi. Sebagai orang yang berpendidikan yang telah belajar mengenai peluang pasti memahami fenomena ini. Bahkan melihat pengalaman Samsul di dalam menembus langit keberuntungan dengan togel, saya mulai menganggap bahwa togel adalah suatu bisnis. Mirip seperti pemain saham. Samsul juga dilengkapi dengan panduan-panduan yang cukup lengkap, seperti buku mimpi, prediksi tiap minggu dan data-data terakhir angka yang keluar. Saya menimba ilmu dari samsul bagaimana mengolah data-data tersebut dan berusaha untuk menembus langit keberuntungan togel. Lucu juga sih, memang ilmu tersebut bukan ilmu science, tapi tetap ada kaitannya dengan ilmu statistik dan peluang. Walau pun rumus-rumus yang digunakan terlihat seperti rumus-rumus palsu, akan tetapi sering kali berkerja dan menghasilkan. Samsul memiliki track record menembus 2 sampai 3 kali dalam 5 round, jika dihitung dengan rupiah dia dapat menghasilkan 100 ribu rupiah sampai dengan 300 ribu rupiah per minggu.

Setelah cukup paham dengan ilmu yang diturunkan oleh samsul. Mulailah kami berdua melakukan cak angka dari jam 8 pagi sampai kira-kira pukul 2 siang. Datanglah teman kami yang bernama Basuki. Dia ini adalah virus yang menularkan orang-orang pabrik untuk memasang togel. Basuki lebih tinggi levelnya dibanding Samsul karena dia lebih berpengalaman. Bahkan Basuki bercerita pada saya bahwa barang-barang di rumahnya banyak juga yang dihasilkan dari togel seperti jaket dan sepatu yang dia gunakan untuk berkerja. Dengan datangnya basuki membawa keberuntungan untuk kami. Saya pernah bermimpi berkerja sebagai pengubur mayat. Entah mimpi itu adalah penglihatan ke depan atau bukan tentang keadaan indonesia di masa depan. Akan tetapi mimpi itu berhasil diterjemahkan dengan baik oleh Basuki dan anehnya entah kenapa semua hitungan saya yang berdasarkan rumus-rumus saya buang. Saya memasangkan angka tersebut sebanyak 10000 rupiah. Anehnya lagi angka tersebut dapat menembus langit keberuntungan togel. Suatu sukses kecil yang membawa dampak ketagihan. Terus terang setelah itu, beberapa mimpi saya juga dapat menembus lagi angka-angka ajaib togel. Menambah lagi rasa kecanduan togel di dalam diri saya. Belakangan, saya sulit sekali untuk bermimpi. Tentu saja beberapa kali saya gagal lagi untuk menembus langit keberuntungan togel. Akhirnya saya berusaha keras untuk menerapkan ilmu komputer di dalam memecahkan pola acak angka ajaib tersebut. Saya berkerja keras untuk menemukan fungsi acak yang merupakan pendekatan fungsi acak angka ajaib. Saya berhasil menemukan rumus yang dapat meningkatkan peluang menang dari 0,01 menjadi 0,024. Akan tetapi rumus itu hanyalah rumus yang terbukti secara statistik. Sampai saat ini saya masih melakukan eksperimen untuk mendapatkan rumus fungsi acak yang secara statistik meningkatkan peluang saya menjadi 0,1. Suatu prestasi besar apabila saya dapat menciptakan rumus dengan peluang kemenangan 0,1. Sampai saat ini,setelah 3 kali percobaan, rumus itu masih belum dapat menembus langit keberuntungan togel. Eksperimen ini tetap saya lakukan semata-mata hanyalah untuk membantu orang-orang yang menggantungkan sebagian hidupnya dari angka ajaib itu seperti Samsul dan pengabdian terhadap ilmu komputer :). Tanpa ada penilaian tentang dosa atau pahala, saya akan terus berusaha untuk memecahkan misteri angka ajaib. Ada yang mau membantu?