Sabtu, Disember 25, 2004

Mabuk

Aku ingat ketika pertama kali melihatnya. Tiada rasa terpesona. Tiada rasa yang menabok jantungku. Aku biasa saja dan pikirku mana mungkin aku bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang berasal dari golongan berbeda. Berhentilah angkutan umum yang aku naiki. Kemudian dia naik. Bangku sudah penuh dan tersisa hanya satu di deretan tempat ku duduk. Dengan maksud baik aku geser menjauhi pintu untuk mempermudah dia mendapatkan tempatnya, karena kupikir aku pasti yang akan turun terakhir dibanding yang lain. Dia duduk di sebelah ku. Sebab tidak ada pilihan lain, karena penumpang yang berdempet denganku bergeser ke arah yang berlawanan.

Perlahan-lahan aku mencuri pandang ke arah wajahnya. Rupanya dia cukup sensitif, radarnya menggerakkan matanya untuk melirik balik. Kuarahkan saja mataku ke tempat lain dengan maksud menghormati prinsipnya. Maklum dia sepertinya seorang muslim yang kuat. Pakaiannya sopan, menggunakan kerudung hitam. Dan sudah pasti dia menganggap bahwa berpandangan mata dengan lawan jenis akan menumpuk tiket menuju neraka. Aku bisa saja tetap mengarahkan mataku ke arah wajahnya tapi otak ini sepertinya menentang hal itu. Kembali aku melirik lagi untuk melihat jelas seperti apa wajahnya. Wajahnya menunjukan bahwa dia memiliki gen arab dengan hidung mancung dan bulu-bulu di pipinya. Dengan bentuk wajah panjang , hidung mancung, alis tebal dan dagu yang pas dia terlihat cukup cantik dari samping. Tapi sudahlah pikirku, banyak hal yang harus aku urus dan tentu aku harus berpegang pada rencana di kepala ini.

Waktu berjalan terus. Tanpa aku sadari benar-benar, vibrasinya mempengaruhi bagian kelenjar pineal di otak. Perlahan-lahan melatonin sepertinya mengalir cukup deras dan membuat seluruh sel tubuhku ini rileks. Aku mulai sadar bahwa dia memiliki aura yang kuat sehingga memaksa sel-sel tubuhku untuk bernyanyi dengan nada yang sama dengan vibrasinya. Aku merasakan bahwa berada di dekatnya saja membuat perasaan nyaman dan aman yang teramat sangat. Rasa-rasa bahagia dari tiap sel semakin kuat dan sepertinya vibrasiku telah sama dengan vibrasinya. Terus terang saja, kalau dia adalah temanku atau kekasihku dan dalam kondisi yang memungkinkan, pasti aku akan meletakkan kepala ini ke pangkuannya. Sayang saja, semua dalam kondisi yang tidak tepat.

Aku tidak mengerti kenapa pada saat dan kondisi yang tidak tepat aku merasakan adanya seseorang yang tepat untuk ku. Pikirku lagi kenapa orang-orang yang tepat itu, tidak berada pada dimensi yang sama melainkan berada pada dimensi yang berlawanan. Hidup ini aneh dan membuatku pusing. Akhirnya aku putuskan saja untuk menikmati kenyamanan itu. Aku tutup mataku dan masuk ke dalam keadaan mabuk. Sepertinya saat itu gairah hidup yang telah lama mati itu kembali bangkit. Aku merasa seperti dinamit yang sumbunya disulut dengan api dan siap untuk meledak. Aku akan meledak , aku akan meledak pikirku. Yah aku meledak, tapi di hati ini. Bukan diluar. Aliran kebahagiaan itu pun aktif lagi. Aku mabuk kebahagiaan walau aku tahu tak mungkin untuk melangkahkan satu kakiku ke dalam dimensinya tapi setidaknya aku tahu bahwa ada suatu pasangan puzzle yang tepat untuk jiwa ini. Dan itu meyakinkan aku tentang siapa yang aku butuhkan dan siapa yang tidak. Oh damainya hati ini walau sumber vibrasi itu telah berpisah dariku. Aku tetap mabuk sampai aku bertemu teman-temanku. Aku mabuk lagi dan itu sangat kunikmati untuk tiap seperjuta detik yang aku lalui. Aku tak bisa gambarkan lagi perasaan itu. Perasaan yang sangat dalam dan kupikir kosakata untuk menggambarkannya tidak akan pernah kutemukan di dalam kamus manapun melainkan hanya pada kamus cinta.

Sabtu, Disember 04, 2004

Yoga

Yoga dalam arti luas adalah suatu disiplin khusus yang diciptakan untuk membantu manusia mengharmonisasi vibrasi diri nya dengan vibrasi yang Tunggal. Jadi sebenarnya pengertian Yoga tidak terbatas pada suatu metode yang berasal dari tradisi India kuno yang kebanyakan orang mengartikannya seperti itu. Yoga itu dikenal oleh berbagai suku bangsa. Hanya saja metodenya sedikit berbeda. Seperti orang-orang israel melakukan praktek yoga dengan berdoa kepada sang Tunggal sedangkan orang-orang shaman melakukannya dengan menari-nari dan bernyanyi dan orang-orang jawa melakukannya dengan tapa geni 40 hari 40 malam. Tujuan mereka melakukan itu semuanya sama, yaitu mendekatkan diri mereka dengan sang Tunggal sampai akhirnya jiwa mereka bisa melebur ke dalam jiwa sang tunggal.

Hanya saja di dalam dunia ini manusia selalu saja mempermasalahkan masalah metode tersebut. Contohnya saja umat-umat kristiani tentu akan marah jika saya mengatakan bahwa apa yang diajarkan Yesus kristus adalah bagian dari Yoga. Ajaran tersebut sebenarnya merupakan bagian dari Yoga yang dinamakan Bhakti Yoga. Ajaran pokok Bhakti Yoga adalah bahwa untuk melebur kepada yang tunggal dapat dilakukan dengan memberikan Bhakti atau pelayanan tulus kepada yang Tunggal. Lalu bagaimana caranya? Sedangkan yang Tunggal adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat dirasakan dengan kelima indra kita. Caranya tentu saja adalah dengan melakukan pelayanan kepada ciptaannya yang merupakan manifestasi dari sang Tunggal tersebut. Tidak ada cara lain lagi.

Lantas umat muslim juga akan marah jika saya mengatakan bahwa gerakan sholat merupakan bagian dari Yoga juga. Sebenarnya tujuan gerakan dan pose di dalam sholat bertujuan untuk menyeimbangkan fungsi sistem hormon dan sistem syaraf manusia. Di dalam yoga, hal tersebut dinamakan hatha Yoga yang artinya peleburan dengan sang Tunggal melalui olah jasmani. Hanya saja pose-pose di dalam hatha yoga dilakukan dengan sifat statis akan tetapi ada juga gerakan-gerakan yang di dalam hatha yoga yang bersifat dinamik seperti senam sebenarnya.

Hal yang wajar jika manusia selalu memperdebatkan perbedaan metode. Karena di dalam pencarian sang Tunggal selalu terbentur oleh pertaruhan antara waktu hidup mereka yang sebentar dengan kesuksesan akan metode tersebut. Manusia selalu berorientasi hasil, mereka tidak akan pernah tulus apabila tidak ada hasilnya, karena itu mereka membuat suatu pembenaran akan metode yang mereka jalani agar mereka tetap dapat dengan yakin melaksanakan metode tersebut walaupun tidak pernah ada jaminan sukses di dalam metode tersebut. Saking pandainya, maka manusia mengolah hukum dualisme untuk memperoleh keyakinan tersebut. Mereka membuat seolah-olah apa yang mereka jalankan adalah yang paling benar dan jalan orang lain adalah yang sesat atau salah. Dengan mengolah itu, maka keyakinan akan metode tersebut meningkat tajam. Akan tetapi apakah hukum dualisme itu berlaku di dunia? Mungkin saja kedua metode tersebut benar adanya. Lagi pula siapa yang dapat membuktikan kebenarannya kalau belum pernah menjalankan metode tersebut sampai sukses? Dan lucunya lagi yang sukses tidak pernah bisa memberikan bukti itu. Bagi mereka sama saja membuktikan adanya bulan kepada orang buta. Mana mungkin Boo…

Krishna dan Arjuna

Suatu waktu untuk sebuah urusan kenegaraan. Krishna dan Arjuna yang dalam penyamaran melewati sebuah desa kecil yang tidak termasuk di dalam kekuasaan nya. Karena haus dan letih Krishna menyuruh Arjuna untuk meminta air minum kepada penduduk desa tersebut.

Tibalah mereka di sebuah rumah saudagar kaya di desa itu. Kemudian dengan baik-baik Arjuna meminta air minum kepada saudagar kaya tersebut. “Tuan, jikalau anda berkenan, kami meminta air minum untuk menghilangkan haus kami karena perjalanan jauh.”. Melihat pakaian mereka yang terlihat sebagai rakyat jelata, saudagar tersebut mengusir mereka. “Pergi kalian! Aku tidak punya waktu untuk kalian.”. Pergilah mereka karena telah diusir dengan sangat hina.

Kemudian tibalah Krishna dan Arjuna pada sebuah rumah janda miskin yang hanya memiliki seekor sapi yang susunya adalah sumber mata pencaharian janda tersebut. Arjuna kemudian mendatangi janda tersebut “Ibu, dapatkah kami memiliki setengguk air minum untuk melepas dahaga ini?”. Dengan sangat gembira janda miskin tersebut memberikan air minum kepada dua orang yang asing baginya. “Silahkan, nikmatilah air nya. Dewa sangat murah hati kepada Ku. Tentu aku pun harus murah hati kepada kalian. Lagi pula, air ini pun pemberian Dewa, bukan milik ku.”. Selesai beristirahat sejenak, mereka pun pamit untuk meneruskan perjalanan. “Ibu, terima kasih atas airnya. Semoga Dewa membalas semua perbuatan baik mu.” Kata Arjuna. Pergilah mereka meneruskan perjalanan yang masih sangat jauh.

Di dalam perjalanan terjadilah dialog antara Krishna dan Arjuna. “Tahukah arjuna? Apa balasan untuk sang saudagar dan untuk sang janda yang akan diberikan Dewa?”. Dengan sangat yakin Arjuna menjawab “Sang saudagar akan jatuh miskin karena kekikiran nya dan sang janda akan menjadi kaya raya. Bukan kah begitu?”. “Hahaha…” Krishna tertawa mendengar jawaban Arjuna. Baginya jawaban tersebut begitu polos untuk seorang ksatria seperti Arjuna. “Bukan itu, bukan…” Krishna meneruskan. “Dewa tidak pernah berpikir seperti engkau Arjuna, engkau berpikir terlalu sempit.”. “Lalu apa?” dengan sedikit gusar Arjuna bertanya. Baginya pengetahuan hukum karma yang telah dipelajarinya dari sang Krishna harus dilepehkan kembali dari pikirannya. “Sang saudagar akan bertambah kaya dan bertambah kaya dan bertambah kaya. Lalu sang janda akan kehilangan sapinya esok hari.”. “Bukankah itu tidak adil?” masih dengan sedikit gusar Arjuna bertanya kembali. “Tahukah engkau keadilan menurut Dewa arjuna?” Krishna kembalikan kegusaran arjuna kepada diri nya. “Tidak… lagi pula aku bukan Dewa.”. Kemudian Krishna meneruskan “Dewa muak dengan doa-doa sang saudagar yang walaupun telah bertahun-tahun berdoa, tidak memiliki kasih sayang kepada makhluk lain. Karena itu dia jauhkan doa sang saudagar dengan menyibukkan sang saudagar dengan harta yang terus berlipat dan terus berlipat hingga dia lupa berdoa dan terus sibuk dengan hartanya. Sedangkan doa sang janda terdengar sebagai nyanyian lembut yang penuh kasih sayang dan ketulusan bagi Dewa. Untuk itu Dewa ingin terus mendengarkan doa sang janda, dia ingin dekat dengan sang Janda , Dia ingin lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi sampai tidak ada lagi jarak antara dia dan sang janda. Karena cemburu dengan seekor sapi yang menyita perhatian sang janda, maka Dewa membinasakan sapi tersebut agar lebih banyak nyanyian merdu yang ia dengarkan.”. Tersenyumlah Arjuna mendengar alasan Krishna yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

Note:Dalam tradisi Yoga yang berarti peleburan dengan yang Esa, tujuan kita hidup adalah kembali kepada Nya, bukan kembali kepada neraka Nya atau surga Nya. Karena itu kedekatan dengan yang Tunggal lebih berharga ketimbang hal-hal yang sifatnya fana atau maya. Karena itu seorang Yogi (praktisi Yoga) yang telah mengalami pencerahan pernah mengatakan di surga aku melihat Tuhan, di neraka aku melihat Tuhan, di mana-mana Aku melihat Tuhan. Lalu ke manakah kalian mencari Tuhan?

Kisah Rama Krishna

Rama Krishna adalah salah seorang yogi besar yang dipercaya oleh masyarakat india telah mencapai pencerahan spiritual. Dia memiliki banyak sekali pengikut yang belajar kepada nya mengenai usaha pembebasan atau pencapaian pencerahan.

Suatu siang di sebuah pedesaan di daerah india terjadilah perdebatan antar pengikut Rama Krishna mengenai pilihan nya untuk seorang ketua pengganti diri nya. Pilihan tersebut jatuh kepada Swami Vivekananda yang merupakan seorang yang biasa saja dan tidak kelihatan sebagai yang terhebat di antara pengikut-pengikut Rama Krishna yang lain. Pengikut-pengikut yang lain merasa bahwa pemilihan Vivekananda sebagai ketua tidaklah sesuai dengan prinsip keadilan yang sering sekali diajarkan kepada mereka. Menurut mereka tidak ada dasar yang jelas mengapa Vivekananda yang dipilih olehnya.

Mendengar hal ini, Rama Krishna tidak ingin terjadi perpecahan di antara pengikut-pengikutnya. Karena itu Rama Krishna mengadakan pertemuan antara Dia dengan semua pengikutnya.

Duduklah Rama Krishna di atas suatu pendopo yang dipayungi pohon beringin besar menunggu kedatangan semua muridnya. Setelah semua muridnya datang, termasuk murid kesayangannya Swami Vivekananda, maka berkatalah Dia “Tahukah kalian mengapa aku memilih Vivekananda?”. Tidak satu pun murid yang berani menjawab pertanyaan itu.
“Apakah karena dia tampan? … atau mungkin karena dia rajin? … atau mungkin karena dia pandai?” Tetap semuanya terdiam. Vivekananda pun hanya terdiam dan duduk dengan tenang bersama murid-murid yang lain. Kemudian suasana menjadi hening untuk beberapa saat dan tiba-tiba Rama Krishna terbatuk. Murid-murid nya yang mencari muka dihadapannya pun menunjukkan rasa sayang dan perhatian kepada dia. Mereka berusaha untuk memijat kaki, tangan dan badan sang pertapa tersebut. Akan tetapi Rama Krishna tidak mempedulikan perhatian mereka, kemudian Dia meludah ke tanah membuang reak yang terkumpul di mulutnya akibat batuk tersebut. “Oeggghhhhhhh…………. Cueh…” begitulah kira-kira suaranya. Setelah itu dia menunjuk kepada Vivekananda. “Makanlah itu!” perintahnya sambil menunjuk kepada reak yang telah dibuang melalui mulutnya. Tanpa pikir panjang, Vivekananda menuruti perintahnya seketika itu juga. Kemudian Rama Krishna berdiri dan berkata “Itulah alasanku memilih Vivekananda!”. Tanpa kata-kata Dia pun pergi meninggalkan kerumunan muridnya.

Note: Cerita ini mengandung esensi mendalam mengenai panteisme, yaitu suatu paham ketuhanan yang memandang bahwa Tuhan yang tunggal termanifestasi dalam ciptaannya yang majemuk. Dalam cerita, Rama Krishna adalah orang yang telah mengerti benar dan merasakan kehadiran Tuhan di dalam dirinya, begitu pun Vivekananda. Karena itu sebenarnya mereka telah merasakan satu di dalam manifestasi yang majemuk. Rama Krishna adalah Vivekananda adalah Tuhan yang Tunggal dan Vivekananda adalah Rama Krsihna Adalah juga Tuhan yang Tunggal.Karena itu pertanyaan “Apakah salah untuk menelan reak sendiri yang sebenarnya merupakan bagian yang sama dari diri sesungguhnya?” memiliki arah yang sama dengan “Apakah salah untuk memukul diri sendiri?”

25 TAHUN SUDAH

Lelah mungkin yang dirasakan jiwaku setelah 25 tahun perjalanan hidup akhirnya aku sempat berhenti sejenak dan bertanya kepada diri sendiri “Ke manakah aku akan meneruskan perjalanan berikutnya?”.

25 Tahun perjalanan yang di-isi duri-duri dan harumnya mawar kehidupan membawaku kepada perubahan-perubahan dalam segi pemikiran, kepribadian dan pengasahan sisi-sisi spiritualku. Tidak ada patokan yang jelas apakah perubahan itu membawa dampak perbaikan. Karena memang tidak pernah ada rambu-rambu di dalam perjalanan kehidupan ini.

Aku memang dilahirkan pada suatu kondisi yang cukup ideal, walau terdapat cacat-cacat yang hinggap pada sisi-sisi dimensi jiwaku. Tapi di dalam perjalanan ini, sampai detik ini aku tidak pernah tahu bahwa selama 25 tahun ini, apakah yang aku lakukan semata memperbaiki cacat-cacat itu atau justru menambah cacat-cacat baru atau mungkin hanya memperbaiki cacat satu dan membuat cacat yang lain.

Mungkin juga sebenarnya tidak pernah ada cacat, karena kehidupan telah sempurna di dalam dirinya. Hanya kita manusia yang selalu memiliki penilaian sendiri yang dapat melihat cacat itu. Tapi apakah kehidupan melihat cacat itu?

Rabu, November 24, 2004

Suatu Hari

Suatu hari Tuhan datang kepada hambanya yang rajin berdoa. Lalu Dia berkatakepada hambanya yang setiap hari khusuk memanjatkan pujian dan penyembahan "Hai hamba yang setia, apakah keinginan Mu?". Mendengar suara tersebut,hamba tersebut kaget lalu pingsan dan tak sadarkan diri melihat penampakan Tuhan untuk pertama kalinya. Kemudian Tuhan pergi masuk ke dalam mimpinyauntuk menemuinya. Di dalam mimpi Dia tanyakan lagi "Apakah keinginanmu?".Hamba tersebut hanya terdiam, rupanya dia malu untuk meminta secara langsung.Kemudian perlahan-lahan kata demi kata keluar "Anu Tuan, hamba hanya ingin...hmmmmm hamba hanya ingin...". "Cepat katakan! Aku tak punya waktu untukmendengar basa basimu". "Hmmmm, hamba hanya ingin engkau lepaskan aku darikewajiban beribadah dan ritual setiap hari yang menjemukan ini" "Ahhh dasarmanusia, aku selalu disalahkan atas setiap ritual dan ibadah yang tidakpernah mereka jalankan dengan ikhlas. Baiklah kalau begitu, tapi ingat,aku tak pernah memaksa kalian untuk melakukan itu, ini pasti kesalahanutusan-utusanku."
Kemudian Tuhan kembali ke tempatnya. Lalu Dia memanggil utusan-utusannya.Dia berkata "bodoh kalian!" "Ya Tuanku, Hamba memang bodoh",jawab mereka."Ingat , pernahkah aku memaksakan umatku untuk beribadah?" "Tidak Tuanku.""Pernahkah aku meminta kepada mereka untuk disembah?""Tidak Tuanku""Aku tak pernah sekalipun meminta disembah, meminta dipuji oleh umatku. kaliantahu kenapa?""Tidak Tuanku""Kalian bodoh. Alasannya adalah karena Aku telah lengkap di dalam diriku, Aku yang maha sempurna tidak memerlukan apa-apa lagi.""Bukankah tuan membutuhkan mereka untuk dicintai?""Karena itu aku membebaskan mereka, pendosa atau pendeta tiada bedanya bagi ku.""Lalu, apakah yang mesti Kami lakukan?""Rombaklah apa yang telah kalian ajarkan di dunia ini.""Tapi itu tidak mungkin Tuanku. Manusia sulit untuk berubah. Apa yang telah me-reka percayai sejak lama, bagi mereka adalah kebenaran walaupun itu hal yang salah.""Di manakah keimanan kalian?" dengan nada marah."Maaf tuanku.""Baiklah, kalian yang bodoh-bodoh ini kupecat sebagai utusan.""Jangan tuanku, kami tetap ingin menjadi utusanmu.""Apakah dengan menjadi utusanku, kalian menjadi lebih tinggi derajadnya dari padamanusia lain?""Tidak Tuanku, hamba mohon maaf.""Lalu apa yang kalian inginkan dengan menjadi utusanku?""Hamba tidak berani Tuan, mohon ampun.""Baiklah kalau begitu, kalian tetap menjadi utusanku dengan satu syarat.""Apa itu tuanku?""Kunjungilah seorang petani yang memiliki iman tertinggi di desa A. Kemudian laporkanapa yang dia katakan kepadamu."
Kemudian pergilah mereka ke desa A. Suatu desa yang harmonis dan penuh keceriaan.Akhirnya bertemu lah mereka dengan sang petani yang sedang tidur."Apakah anda seorang petani yang dimaksud Tuanku?"Petani tersebut hanya terlelap dalam kantuknya."Apakah anda seorang manusia yang memiliki iman tertinggi?"Petani tersebut tetap terlelap. Saking kesalnya para utusan tersebut membangunkandia dengan paksa. Terbangunlah petani tersebut, kemudian sambil mengucek matanyadia perhatikan satu persatu utusan-utusan tersebut. Kemudian dia berkata dengan ceria"Hei, sepertinya aku mengenali kalian.""Tidak mungkin, anda baru pertama kali bertemu dengan kami.""Benarkah?" tanya sang petani."Benar! Tidak mungkin salah."Dengan tersenyum sang petani berkata "Hmmm, aku ingat, aku pernah memarahi kalianbeberapa hari yang lalu, tidakkah kalian mengenaliku?""Ampun Tuanku..." langsung para utusan tersebut sujud ketakutan. Mereka melihatmata Tuhan di dalam mata petani tersebut. Mereka melihat Tuhan di dalam hati petani tersebut."Baiklah kalau begitu, kalian memang tidak pernah memiliki iman yang sempurna, selalusaja ada kekurangannya. Padahal kalian adalah utusanku. Untuk itu, Kalian tahu apa yang mesti dilakukan?""Tidak Tuanku. Hamba mohon ampun.""Cintailah aku di dalam hati mu, agar aku nyaman tinggal di dalam hati mu senyamanaku tinggal di dalam hati petani ini. Sebenarnya, aku hanya ingin kalian mengajarkantentang masalah ini kepada umatku. Maka tak perlu kalian paksa dengan segala cara, mereka akan beribadah karena mereka rindu kepada Ku."

Isnin, Oktober 25, 2004

Boomer

Di masa itu keluarga kami sedang dalam keadaan yang sangat sulit. Tapi kebahagiaan tetap ada di antara kami didukung oleh solidaritas antara anggota keluarga. Boomer lahir di rumah tetanggaku. Kala itu aku berumur sekitar 4 tahun. Kami satu keluarga sangat senang dengan kedatangan anggota keluarga ke 10 tersebut. Khususnya aku yang akhirnya memiliki teman sebaya di dalam keluarga. Boomer terlahir sebagai anjing kelas atas. Bulunya bagus dan sangat lucu penampakannya. Kelemahannya hanya satu, bahwa dia sangat tidak suka diganggu ketika makan. Jika sedang makan, dia seperti singa. Jika sedang tidur dia seperti domba. Jika sedang bercanda dia seperti kera.

Boomer tumbuh dewasa bersamaku. Kami minum produk susu yang sama setiap hari, dia sangat lincah dan pandai. Kakak-kakakku gemar sekali melatihnya menjadi anjing yang pintar. Aku dan Boomer bagai saudara kembar. Kadang kami tidur bersama, dan aku bercanda dengan dia bak anak dengan anak. Kadang-kadang jika dia menggigitku, aku pun membalas menggigitnya. Seiring bertambah dewasanya Boomer, Ayahku mendapat pekerjaan. Kebetulan sekali ayahku mendapat kepercayaan untuk menangani sebuah pabrik kertas yang baru lahir. Seperti kata orang-orang, sepertinya benar bahwa Boomer memang membawa rezeki bagi keluarga kami. Akhirnya boomer pun dibawa oleh ayahku untuk menemani ayahku di pabrik tersebut. Aku sedih sekali sebenarnya dengan keputusan ayahku. Tapi apa boleh buat, ayahku di sana hanya bersama beberapa orang pegawai. Siapa lagi yang dapat melindungi ayahku jika terjadi kejadian yang membahayakan dirinya.

Lambat laun aku mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Boomer. Sesekali aku mengunjunginya. Rupanya Boomer telah menjadi bapak sekarang. Dia mengawini anjing kampung di pabrik tersebut. Anjing tersebut bernama Merry. Lambat laun keturunan Boomer mengisi koloni anjing penjaga pabrik. Beberapa di antaranya Cuplis, Brino dan Putih yang kami adopsi untuk dijadikan anggota keluarga. Boomer selalu menjadi pemimpin di koloni tersebut. Tidak ada satu anjing pun yang berani untuk merebut posisinya. Makin tua makin menjadi. Selalu ada perkelahian di dalam kehidupan Boomer, tetapi dia selalu keluar menjadi pemenangnya. Boomer hanya takut kepada satu anjing yang aku tahu, yaitu Merry. Entah kenapa atau mungkinkah Boomer memiliki rasa cinta kepada Merry aku tidak tahu, tapi yang pasti Boomer tidak pernah berani melawan Merry.

Yang paling aku senang ketika mengunjunginya, dia selalu menyambutku dengan gembira. Ekornya yang panjang dengan bulu tebalnya yang berwarna hitam putih bergoyang ke kanan – ke kiri menandakan bahwa dia rindu kepadaku. Ketika sampai di sana aku sempat kaget bahwa dia telah bisa mengerti beberapa perintah. Seperti membuka pintu, dia telah mempelajarinya dengan baik asalkan saja pintu tersebut sering diminyaki engselnya dan dia membuka dari sisi luar karena dia tidak mempunyai kekuatan mendorong kecuali dengan membebankan dirinya pada pintu. Dia juga mengerti perintah untuk duduk , berdiri , berguling dan melompat.

Hal yang paling kutangisi adalah masa tua Boomer. Di masa tuanya dia menjadi anjing yang sakit-sakitan, dia sudah tidak bisa mengelak lagi dari grogotan usia. Akhirnya anjing kesayangan ku tersebut pun mati tanpa ada yang datang pada saat pemakamannya kecuali ayahku dan beberapa anjing-anjing lainnya. Mendengar berita itu, aku kemudian datang dan menjenguk kuburannya. Di sana aku panjatkan doa semoga Boomer masuk sorga. (waktu itu aku masih percaya adanya sorga dan neraka). Koloni anjing pabrik pun mulai berkurang jumlahnya. Tidak ada lagi pemimpin yang cocok di dalam koloni tersebut. Sehingga satu per satu hilang dan 20 tahun kemudian, aku sudah tidak menemukan lagi koloni anjing di sana. Kenangan indah Boomer selalu diingat keluargaku. Sangat sulit untuk melupakan arti hadirnya Boomer di dalam hidupku dan keluarga. Sampai aku tua kemudian mati, Boomer akan selalu terkenang di dalam hidupku. Sahabat kecil yang sejati.

Isnin, Oktober 04, 2004

Reality Show

Kebanyakan manusia normal menyadari bahwa mereka sedikit gila atau agak gila atau memang benar-benar gila. Sebagian dari mereka menikmati untuk menjadi gila dan bangga akan hal itu. Kegilaan adalah salah satu bentuk ekspresi dan aktualisasi diri. Saya merupakan bagian dari orang-orang seperti itu, dan saya menyadari bahwa hanya ada garis tipis yang memisahkan antara gila dan normal.

Biasanya kegilaan itu bersifat temporer dan hanya menyangkut hal-hal spesifik yang berkaitan dengan kekosongan dan kehampaan di dalam hidup. Ada orang-orang yang gila uang karena ketakutan akan kemiskinan. Ada juga orang-orang yang gila kenikmatan karena dendam tidak dapat menikmati hal-hal yang menurutnya dapat memuaskan dan memberikan kebahagiaan di masa lalu. Ada pula orang-orang yang gila karena mereka merasa normal.

Dua sisi gila dan normal seperti dua mata uang yang tak pernah dapat dipisahkan. Jika kita hanya berada di salah satu sisi, maka kita akan menjadi normal dan tidak tahu definisi gila atau kita akan menjadi gila tanpa tahu apakah itu normal. Tapi apabila kita dapat berada di dua sisi mata uang tersebut, barulah kita menyadari bahwa tidak ada yang gila maupun normal yang ada hanyalah kenyataan. Seperti kita menyadari bahwa tidak ada sisi wayang atau sisi rumah pada mata uang, melainkan hanya mata uang tersebut.

Hidup ini memang menyedihkan, hanya saja kebanyakan orang menyangkalnya. Ada orang-orang yang menganggap hidup ini indah, tapi saya rasa itu hanyalah penyangkalan terhadap kesedihan mereka yang mendalam. Semua manusia sadar bahwa hidup memang menyedihkan dan mereka mencari cara untuk menghapus kesedihan dan penderitaan tersebut dari dalam jiwanya. Beberapa ekstrim berlaku untuk menikmati penderitaan dan kesedihan itu. Sangat bertentangan dengan manusia pada umumnya yang berusaha menyangkalnya. Kedua ekstrim itu tidak akan membawa kita kepada kesembuhan mental, melainkan hanya membawa kita jauh dari kebahagiaan yang kita cari tersebut. Di manakah letak kebahagiaan itu, tidak seorang pun tahu, karena memang kebahagiaan itu tak pernah ada. Dan ketika kesadaran kita tentang kebahagiaan tidak ada, maka kesedihan dan penderitaan pun lenyap.

Manusia selalu berandai-andai “jika saya di dalam kondisi A, maka saya akan bahagia”, “jika saya di dalam kondisi B, maka saya akan menderita”. Mereka selalu berkhayal untuk bahagia, dan bersikap menjauhi hal-hal yang menurut mereka membuat penderitaan. Sakit hati, penderitaan adalah penyakit umum. Sama seperti penyakit flu, tidak bisa dihindari dan disembuhkan, hanya bisa dihilangkan rasa sakitnya dengan menipu diri sendiri. Dan semuanya menyukai obat penipuan, terus berlari ke sana kemari mencari obat baru untuk penyakit mentalnya.

Sumber dari rasa sakit dan penderitaan tersebut tidak ada yang tahu sampai mereka sadar bahwa sumber penderitaan itu adalah kesadaran semu bahwa kita hidup. Itulah kenyataan pahit yang harus kita terima pada saat dilahirkan, kesadaran semu bahwa kita hidup dan eksis. Seperti seorang manusia yang diceburkan ke dalam samudera luas dan terus berenang untuk mempertahankan kepalanya di atas permukaan air agar dapat bernapas, tanpa tahu ke arah mana mereka harus berenang dan menemukan daratan yang dapat membuat mereka bebas bernapas dan berteriak “I’m Alive”. Seperti itulah kita semua, mayat-mayat yang menunggu untuk dibangunkan dan hidup kembali.