Sabtu, Disember 04, 2004

Krishna dan Arjuna

Suatu waktu untuk sebuah urusan kenegaraan. Krishna dan Arjuna yang dalam penyamaran melewati sebuah desa kecil yang tidak termasuk di dalam kekuasaan nya. Karena haus dan letih Krishna menyuruh Arjuna untuk meminta air minum kepada penduduk desa tersebut.

Tibalah mereka di sebuah rumah saudagar kaya di desa itu. Kemudian dengan baik-baik Arjuna meminta air minum kepada saudagar kaya tersebut. “Tuan, jikalau anda berkenan, kami meminta air minum untuk menghilangkan haus kami karena perjalanan jauh.”. Melihat pakaian mereka yang terlihat sebagai rakyat jelata, saudagar tersebut mengusir mereka. “Pergi kalian! Aku tidak punya waktu untuk kalian.”. Pergilah mereka karena telah diusir dengan sangat hina.

Kemudian tibalah Krishna dan Arjuna pada sebuah rumah janda miskin yang hanya memiliki seekor sapi yang susunya adalah sumber mata pencaharian janda tersebut. Arjuna kemudian mendatangi janda tersebut “Ibu, dapatkah kami memiliki setengguk air minum untuk melepas dahaga ini?”. Dengan sangat gembira janda miskin tersebut memberikan air minum kepada dua orang yang asing baginya. “Silahkan, nikmatilah air nya. Dewa sangat murah hati kepada Ku. Tentu aku pun harus murah hati kepada kalian. Lagi pula, air ini pun pemberian Dewa, bukan milik ku.”. Selesai beristirahat sejenak, mereka pun pamit untuk meneruskan perjalanan. “Ibu, terima kasih atas airnya. Semoga Dewa membalas semua perbuatan baik mu.” Kata Arjuna. Pergilah mereka meneruskan perjalanan yang masih sangat jauh.

Di dalam perjalanan terjadilah dialog antara Krishna dan Arjuna. “Tahukah arjuna? Apa balasan untuk sang saudagar dan untuk sang janda yang akan diberikan Dewa?”. Dengan sangat yakin Arjuna menjawab “Sang saudagar akan jatuh miskin karena kekikiran nya dan sang janda akan menjadi kaya raya. Bukan kah begitu?”. “Hahaha…” Krishna tertawa mendengar jawaban Arjuna. Baginya jawaban tersebut begitu polos untuk seorang ksatria seperti Arjuna. “Bukan itu, bukan…” Krishna meneruskan. “Dewa tidak pernah berpikir seperti engkau Arjuna, engkau berpikir terlalu sempit.”. “Lalu apa?” dengan sedikit gusar Arjuna bertanya. Baginya pengetahuan hukum karma yang telah dipelajarinya dari sang Krishna harus dilepehkan kembali dari pikirannya. “Sang saudagar akan bertambah kaya dan bertambah kaya dan bertambah kaya. Lalu sang janda akan kehilangan sapinya esok hari.”. “Bukankah itu tidak adil?” masih dengan sedikit gusar Arjuna bertanya kembali. “Tahukah engkau keadilan menurut Dewa arjuna?” Krishna kembalikan kegusaran arjuna kepada diri nya. “Tidak… lagi pula aku bukan Dewa.”. Kemudian Krishna meneruskan “Dewa muak dengan doa-doa sang saudagar yang walaupun telah bertahun-tahun berdoa, tidak memiliki kasih sayang kepada makhluk lain. Karena itu dia jauhkan doa sang saudagar dengan menyibukkan sang saudagar dengan harta yang terus berlipat dan terus berlipat hingga dia lupa berdoa dan terus sibuk dengan hartanya. Sedangkan doa sang janda terdengar sebagai nyanyian lembut yang penuh kasih sayang dan ketulusan bagi Dewa. Untuk itu Dewa ingin terus mendengarkan doa sang janda, dia ingin dekat dengan sang Janda , Dia ingin lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi sampai tidak ada lagi jarak antara dia dan sang janda. Karena cemburu dengan seekor sapi yang menyita perhatian sang janda, maka Dewa membinasakan sapi tersebut agar lebih banyak nyanyian merdu yang ia dengarkan.”. Tersenyumlah Arjuna mendengar alasan Krishna yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

Note:Dalam tradisi Yoga yang berarti peleburan dengan yang Esa, tujuan kita hidup adalah kembali kepada Nya, bukan kembali kepada neraka Nya atau surga Nya. Karena itu kedekatan dengan yang Tunggal lebih berharga ketimbang hal-hal yang sifatnya fana atau maya. Karena itu seorang Yogi (praktisi Yoga) yang telah mengalami pencerahan pernah mengatakan di surga aku melihat Tuhan, di neraka aku melihat Tuhan, di mana-mana Aku melihat Tuhan. Lalu ke manakah kalian mencari Tuhan?

Tiada ulasan: