Rabu, Ogos 03, 2005

Belajar Memanah

Di siang hari bolong, di sebuah kerajaan boneka.Guru Cuplis sedang belajar memanah di taman belakang kerajaan. Di bawah pohon beringin yang rindang, Guru Cuplis tampak seperti memperagakan gerakan memanah tanpa busur. Gerakan tersebut diulangnya berkali-kalihingga menarik perhatian pangeran unyil. Lalu pangeran Unyil datang untuk mencari tahu apa yang sedang dikerjakan gurunya.

Unyil : "Guru, kau sedang apa?"
Guru Cuplis : "Aku sedang belajar memanah Nyil."
Unyil : "ha ha ha, Guru membohongiku. Mana mungkin belajar memanah tanpa busur dan anak panah?"
Guru Cuplis : "Sepertinya engkau membohongi dirimu sendiri Nyil?"
Unyil mengernyitkan jidatnya sedikit, dia tampak semakin keheranan dengan jawaban gurunya.
Guru Cuplis : "Nyil, berlatihlah memanah seperti aku. Biar nanti engkau dapat menjadi ksatria yang hebat."
Unyil : "Bagaimana mungkin guru? Tanpa busur dan anak panah?"
Guru Cuplis : "Siapa bilang aku memanah tanpa busur dan anak panah?"
Unyil : "Ah, guru pandai mengarang." Unyil sedikit meledek.
Guru Cuplis : "Apakah kamu tidak lihat busur dan anak panahku nyil?"
Unyil : "Aku hanya melihat angin guru."
Guru Cuplis : "Bodoh kamu, angin yang tidak terlihat dapat kau lihat, tapi busur dan anak panah tidak dapat kau lihat!"
Unyil : "Aku memang bodoh guru! Bapak ku Raja Ogah." Unyil tertawa ngakak.
Guru Cuplis : "Kamu dengan Bapak mu sama-sama bodoh. Entah bagaimana nanti nasib kerajaan boneka ini. uhhh..."
Nampaknya Guru Cuplis kesal, anak murid kesayangannya, calon pengganti Raja Ogah ternyata sebodoh bapaknya.Dengan tidak mempedulikan Unyil, Guru Cuplis tetap melakukan gerakan tadi berulang-ulang. Unyil yang sebenarnya tidak begitu bodoh memperhatikan apa yang dilakukan gurunya. Unyil mulai mengantuk, dan tiba-tiba saja.
Guru Cuplis : "Horeee Nyil, Tepat sasaran!" Guru Cuplis melompat-lompat kegirangan seperti orang gila.
Unyil : "Dasar orang gila."
Unyil masih terheran-heran. Tidak lama kemudian Unyil bangkit dari duduknya dan menghampiri guru Cuplis.
Unyil : "Guru, boleh aku pinjam busurmu?"
Guru Cuplis : "Silahkan saja Nyil. Tapi hati-hati ya, agak berat sedikit."
Unyil mulai memperagakan apa yang dilakukan Gurunya. Dia terlihat mulai membidik, lalu melepaskan anak panah kesasaran.
Guru Cuplis : "Nyil, kena tidak?"
Unyil : "Tidak guru, terlalu jauh sasarannya.Lagipula anginnya kencang"
Guru Cuplis : "Terus berlatih Nyil, Guru di sini membimbing kamu."
Selama setengah jam lebih berlatih akhirnya Guru Cuplis menguji muridnya.
Guru Cuplis : "Nyil, di manakah sasaranmu?"
Unyil : "Di depan sejauh 100 meter Guru."
Guru Cuplis : "Nyil, di manakah sasaranmu?"
Unyil : "Di depan Guru."
Guru Cuplis : "Nyil, dimanakah busurmu?"
Unyil : "Di tanganku Guru."
Guru Cuplis : "Nyil, dimanakah anak panahmu?"
Unyil : "Sedang melesat kencang guru."
Guru Cuplis : "Apakah anak panahmu tepat sasaran?"
Unyil : "Tidak Guru."
Guru Cuplis : "Mengapa demikian?"
Unyil : "Karena aku menginginkannya demikian."
Guru Cuplis : "Bagus, kau tidak sebodoh ayahmu. Hahaha". Guru Cuplis tertawa senang.
Suasana hening sebentar, kemudian Guru Cuplis meneruskan.
Guru Cuplis : "Nyil, kau tahu kriteria pemanah terbaik?"
Unyil : "Tidak Guru."
Guru Cuplis : "Pemanah terbaik adalah pemanah yang dapat memanah di dalam pikirannya dan di dalam dunia nyata."
Unyil : "Lalu?"
Guru Cuplis : "Pemanah terbaik dapat mengarahkan anak panah tepat ke sasaran atau tidak sama sekali."
Unyil : "Lalu?"
Guru Cuplis : "Lihatlah buah mangga di pohon dekat sungai!"
Unyil : "Iya Guru."
Perlahan-lahan Guru Cuplis, mulai menarik busur khayalannya. Kemudian menarik nafas agak dalam. Dalam sekejap dilepaskanlah anak panah khayalannya. Sebuah mangga pun jatuh bagai disambar anak panah nyata.
Unyil : "Wow... Hebat sekali Guru!" Unyil terkagum-kagum.
Guru Cuplis : "Kamu ingin seperti guru?"
Unyil : "Pasti Guru, Unyil kan tidak sebodoh Ayah."
Guru Cuplis : "Kalo begitu latihlah apa yang Guru ajarkan tadi, setiap hari."
Unyil : "Sampai kapan Guru?"
Guru Cuplis : "Sampai kau bisa melakukan apa yang Guru tadi lakukan."
Unyil : "Wah, PR berat nih..."
Guru Cuplis : "Kamu pasti bisa, kamu tidak sebodoh ayahmu."
Guru Cuplis : "Nyil, dengarkan nasehat Guru."
Unyil : "Ya, Guru."
Guru Cuplis : "Pemanah terbaik dapat memindahkan realita kecilnya ke dalam realita besarnya."
Unyil : "Hmmmm...."
Unyil : "Ngomong-ngomong Guru, apa yang menyebabkan mangga tersebut jatuh?"
Guru Cuplis : "Aku tidak tahu nyil, mungkin saja memang saatnya jatuh. hehehe" Guru Cuplis hanya tertawa sambil meninggalkan muridnya yang keheranan.

1 ulasan:

perkasa - jem berkata...

Memanah hati seorang gadis cantik yang baik hati faus hehehe